Jalan buntu. Itulah yg saya rasakan di tahun 2010 ketika segala upaya yg saya lakukan tidak ada hasil. Hanya umpatan dan makian menghiasi kolom komentar di akun FB saya. Karena masih berusia 20 tahun waktu itu, hanya ada 1 kata yang paling tepat. Gagal. Gagal. Gagal. Gagal meyakinkan orang. Semua sia-sia saja. Tidak ada pengalaman.
Setelah saya putuskan untuk berhenti datanglah sebuah pesan dari USA yang mengatakan demikian, "I will send 1 dollar for you! Please tell me your address!"
Apakah Tuhan sedang bercanda? 1 USD = Rp. 10.000 (nilai tukar saat itu). Rp 10.000 untuk membangun gereja? Apa saya gila? Pesan itu saya lebih saya maknai sebagai ejekan daripada motivasi.
Beberapa minggu setelahnya, uang 1 USD itu datang ke rumah saya. Setelah membuka amplopnya saya tertawa. Ternyata orang di ujung benua itu benar-benar bercanda. Sialan, pikir saya. Tapi di kertas itu tertulis beberapa kalimat yang setelah saya baca membuat saya terdiam.
"Albert, here is one dollar that I promise to you. If you harm one hair of God's children, you go against God Himself. I hope you achieve your goal to build your Church for God."
Kata-kata itu adalah doa untuk saya. Saya mau apa dengan 1 USD ini? Setelah menerima 1 USD itu, saya kembali memulai kegiatan fundraising dengan satu keyakinan, "Saya mau melakukan semuanya ini hanya untuk-Mu yang tersalib dan saya yakin bahwa pekerjaan-Mu takkan pernah mengecewakan."
20 Miliar. Takkan pernah ada tanpa 10 Ribu. 1 Tangan Tuhan dalam 10 ribu telah melipatgandakannya menjadi 20 Miliar. Bagi saya kini 10 ribu adalah nominal besar karena Tuhan telah bekerja menunjukkan karyaNya lewat uang receh yang sering tidak diperhitungkan orang. 10 ribu adalah modal / talenta Tuhan untuk saya.
Maka apa yang Tuhan berikan kepada saya hari ini adalah berkat dan apa yang tidak saya terima juga adalah berkat. Doa itu menjadi kenyataan karena kita mau melakukan apa yang kita doakan.
Terima kasih kepada tangan-tangan Anda yang telah bersedia melipatgandakan uang 10 ribu itu. Tanpa Anda semua, takkan pernah ada semua yang ada dan berjalan saat ini. Tanpa Tuhan, takkan ada semuanya. Tanpa semuanya, takkan ada Vinea Dei, kebun anggur-Nya yang siap untuk digarap dan menghasilkan buah.